Generasi Y dan Z adalah generasi yang paling banyak menjadi bahan perbincangan dan mendapat stereotip. Mengingat, dua generasi ini hidup di masa pesatnya perkembangan teknologi dan sedang berada di usia produktifnya untuk saat ini.
Beda generasi, biasanya beda juga permasalahan yang dihadapi. Generasi Y dan Z lebih dikenal dengan problematikanya dalam hal finansial. Masalah finansial, sebenarnya bisa dialami siapa saja, tanpa memandang generasinya. Terlebih, mengatur finansial tidaklah mudah.
Biasanya, pada Generasi Y dan Z, masalah finansial yang dialami berkutat pada 5 hal berikut ini. Yuk, cek, apakah kamu mengalami salah satunya?
Generasi sandwich
Salah satu permasalahan finansial yang terjadi pada Generasi Y dan Z adalah sebagian dari mereka adalah generasi sandwich. Selayaknya bentuk sandwich yang terjepit, generasi sandwich bisa diartikan sebagai generasi yang hidupnya terjepit dalam dua generasi sekaligus, yaitu orang tua, serta anak dan pasangan sendiri.
Mau tidak mau, mereka yang masuk dalam kategori generasi sandwich, harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membiaya hidup orang di sekelilingnya. Oleh karena itu, jika berada dalam posisi ini, kamu harus giat belajar mengatur dan disiplin dalam keuangan. Termasuk membuat skala prioritas. Bukan cuma itu, jika bisa memiliki lebih dari satu sumber penghasilan tentu akan semakin baik. Sebab dengan begitu, akan makin banyak kebutuhan yang bisa terpenuhi dengan baik termasuk untuk tabungan atau dana darurat.
Kerap merasa kekurangan tapi terlalu banyak keinginan
Tidak peduli berapa besarnya penghasilan yang didapat per bulan, Generasi Z juga cenderung sering merasa kekurangan. Di sisi lain, mereka juga sulit untuk membedakan mana hal yang merupakan kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan. Hal ini tentu bukan merupakan perpaduan yang baik bagi keuangan.
Supaya nggak melulu merasa kekurangan, kamu bisa mencoba membuat anggaran keuangan serta menentukan prioritas kebutuhan. Dengan adanya anggaran keuangan yang jelas, kamu bisa tahu, ke mana saja larinya uang selama ini dan tau apa yang harus diperbaiki.
Selain itu, kamu juga perlu belajar membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Kendalikan juga hasrat untuk berbelanja atau membeli barang yang tidak begitu mendesak sifatnya. Jika ada uang lebih, barulah keinginan yang sudah lama ada bisa diwujudkan.
Tuntutan gaya hidup yang tinggi
Kadang-kadang, demi bisa diterima dalam pergaulan atau untuk postingan media sosial, banyak juga Generasi Z yang terseret arus gaya hidup tinggi. Alhasil, gaji cuma berasa numpang lewat karena keseringan nongkrong, belanja, dan jalan-jalan.
Kalau mau punya kondisi keuangan yang baik, tentunya kebiasaan ini harus pelan-pelan diubah. Supaya hidup tenang dan nyaman, gaya hidup juga harus disesuaikan dengan level keuangan. Kalau belum mampu sering-sering makan di restoran atau nongkrong di kafe, maka kamu bisa menyiasatinya dengan masak sendiri di rumah atau keluar 1-2 kali maksimal.
Jangan sampai berutang demi memenuhi gaya hidup. Kalau ada masalah, kamu sendiri yang bisa rugi. Jika tergiur mengajukan kartu kredit atau cicilan tanpa kartu kredit, usahakan pilih yang sesuai kebutuhanmu saat ini. Jangan asal apply apalagi asal digunakan untuk belanja ini itu. Dalam keuangan, kartu kredit ataupun fasilitas cicilan tanpa kartu kredit bisa mempermudah transaksimu sekaligus bisa diandalkan dalam kebutuhan darurat. Selama penggunaannya bijak.
Misalnya, HP rusak dan harus segera ganti yang baru demi pekerjaan. Kalau uang cash belum cukup, kamu bisa ambil kredit atau cicilan tanpa kartu kredit di e-commerce seperti Tokopedia, Blibli, Bukalapak, atau Lazada. Dengan kartu kredit, ada cicilan 0%. Buat kamu yang nggak punya kartu kredit, tetep ada cicilan tanpa kartu kredit berbunga rendah seperti Kredivo yang bisa dimanfaatkan. Daftarnya mudah, proses approval cepat, bisa kredit barang dengan tenor 3/6/12 bulan dengan bunga 2,6% aja per bulan!
Belum memprioritaskan dana darurat
Selain anggaran keuangan, dana darurat adalah hal penting lainnya yang masih kurang dipikirkan oleh Generasi Z. Padahal, dana darurat sangat penting untuk berjaga-jaga jika kita sakit atau terjadi hal-hal mendesak lain yang butuh uang tunai. Tidak perlu banyak, minimal sisihkan 10% dari penghasilan per bulan ke dalam tabungan darurat. Jangan otak-atik atau gunakan tabungan kecuali sesuai fungsinya, yaitu dalam keadaan mendesak. Nggak bakal rugi, justru punya dana darurat akan menguntungkan kamu lho!
Gaji naik, pengeluaran juga naik
Kalau mau bisa punya tabungan dan punya rencana finansial jangka panjang, maka pengeluaran harus diperketat. Begitu juga saat momen naik gaji. Ada baiknya, pengeluaran tetap diusahakan sama ketika gaji mengalami kenaikan sekian persen. Dengan begitu, kamu bisa punya dana lebih banyak untuk ditabung atau untuk mewujudkan mimpi di masa depan seperti membeli rumah, kendaraan, dll. Sesekali sebagai reward pasca naik gaji karena sudah bekerja keras, boleh aja. Tapi, jangan sampai keterusan dijadikan pengeluaran tetap ya.